“BERUBAH” itulah kata-kata yang tepat untuk kamu sekarang.
Aku melihat ke arah dua cewek yang sedang jalan menuju ke kelas, lebih tepatnya ke seorang cewek yang sedang tertawa sambil melihat ke arah sahabat barunya. Dulu dia adalah sahabatku tapi semenjak dia mempunyai teman baru. Bukan, lebih tebatnya ‘sahabat baru’nya sifatnya berbeda, tak seperti dulu.
Entahlah yang jelas persahabatan kami hancur karena dia mulai mendapatkan sahabat barunya. Padahal dia adalah sahabat pertama bagiku. Mungkin teman barunya lebih bisa diandalkan dibanding dengan diriku. Aku tau, aku tak semenarik teman barunya. Tapi mengapa dia melupakanku? Aku tak pernah sama sekali melupakan dia, andaikan dia tau bahwa aku disini masih sangat berharap bahwa hubungan persahabatan ini kembali seperti dulu.
Aku teringat saat pertama kali bertemu dengannya di kantin. Dia menyapaku lebih dulu.
“Hai, aku Amalia.” Ia memperkenalkan dirinya, dan tangannya terulur di hadapanku.
“Hai juga, aku aisyah” aku berkata sambil tersenyum melihatnya.
Sampai akhirnya kami berbincang-bincang di kantin dan tak terasa bel sekolah berbunyi aku mengucapkan selamat tinggal, karena kelas kita beda. Tapi disaat walaupun aku dan dia beda kelas kami tetap bermain bersama-sama.
Dan aku teringat disaat aku sakit dan tidak masuk sekolah, sepulang sekolah amalia langsung ke rumahku dan menanyakan berbagai macam kenapa aku bisa sakit seperti ini dan tidak masuk sekolah.
Mataku memanas ketika mengingat kenang-kenangan itu, padanganku kabur akibat air mata yang mengalir di mataku. Aku menundukan kepala dan cepat-cepat ku hapus air mataku agar tak terlihat oleh teman-temanku di kelas apalagi kalau amalia dan sahabat barunya lihat.
“aisyah, kamu kenapa?”
Aku mengangkat wajahku dan mataku membelalak kaget ketika melihat amalia menanyakanku. karena selama ini dia tak pernah menyapaku, paling menyapaku kalau lagi butuh saja.
“aku gak papa kok” jawabku sambil menggeleng tapi tersenyum
Ia mengangukan kepala lalu pergi ke tempat duduknya bersama teman-temannya. Bahkan disaat bertanya padaku gitu saja wajahnya datar sekali.
Dia. Sahabat lamaku, ternyata sudah banyak berubah. Aku tidak marah padanya, aku hanya kecewa. karena dengan mudahnya dia melupakan persahabatan ini. sedangkan aku melupakannya saja aku tidak mau. karena kenangan ini tidak pernah mau dihapuskan di hatiku.
Tak lama kemudian bel berbunyi, dan semuanya langsung kembali ke tempat duduk masing-masing. Mata pelajaran jam pertama itu IPA, menurutku itu perlajaran terbosan. Tapi aku tetap memperhatikan pelajarannya, Sampai pelajaran jam terakhir pun. Sebenarnya sepulang sekolah ini aku ingin memberi tau sesuatu pada amalia tapi aku urungkan niatku, mungkin akan ku kasih tau nanti saja.
Sudah seminggu aku tidak sekolah, dan tidak kasih kabar kepada amalia walaupun dia tak peduli padaku. Mungkin sekarang aku harus mengirim pesan padanya, walaupun begitu dia tetap sahabat terbaikku.
Ku ambil handphoneku dari tas, lalu ku ketik sms padanya.
“Hi amalia, ini aku aisyah. Aku sudah pindah rumah jadi aku juga harus pindah sekolah. Mungkin terdengar aneh ya menurutmu? Ngapain aku ngasih kabar ke kamu. Tapi kan walaupun begitu kamu tetap sahabat terbaikku. maaf juga ya aku baru kasih kabarnya sekarang. Aku tak berharap kamu membacanya sms ini, Cuma aku berharap semoga setelah ini kamu tidak akan menyianyiakan seorang sahabat. Dan mudah-mudahan kamu menemukan sahabat yang jauh lebih baik dariku. Dan terimakasih juga selama ini kamu mau menjadi sahabatku, maaf jika aku tidak mejadi sahabat yang baik untukmu selama ini. terimakasih juga karena kamu membuat aku jadi mengerti arti persahabatan, dan amalia jika kamu ingin becerita datanglah kepadaku. Walaupun aku bukan sahabatmu lagi, tapi aku mengagap kamu sahabatku. Ingat itu ya, aku tau jauh di dalam hatimu, kamu masih mengagapku sahabat.”
Setelah mengirim pesan yang panjang itu, aku menghela nafas. Aku bedoa semoga dia membalas pesanku ini. baru aku mau meletakan handphoneku di meja tapi tiba-tiba ada sms dari amalia. Dan aku terkejut membacanya.
“aisyah, maafkan aku atas kesalahanku ini. aku menyesal telah menyianyiakan sahabat yang begitu pengertian padaku, maaf karena aku seperti kacang lupa kulitnya. Dan mulai sekarang aku janji aku gak akan menyianyiakan sahabat lagi. Dan aku akan tetap menjadi sahabatmu. Maafkan aku sekali lagi.”
Aku tersenyum melihat pesan amalia. Dan mulai sekarang aku mengerti.
“janganlah kau menyianyiakan sahabatmu, jika kau mempunyai teman barumu. karena, belum tentu teman barumu sebaik sahabatmu yang selama ini menemanimu disaat senang ataupun sedih.”
“sahabat akan tetap menjadi sahabat dan tidak ada yang namanya “mantan sahabat.”
“walaupun sahabatmu yang dulu sudah berubah karena ada teman baru, tetap anggap dia sahabat. karena dulu dia dan kamu adalah sahabat?”
“janganlah kamu merasa sedih karena sahabatmu berubah, karena suatu saat nanti dia akan sadar. Mana sahabat, dan mana teman sesaaat.”
“Semarah-marahnya sahabatmu kepadamu, dia tidak ada bisa lama marah-marah karena pasti dia akan merasa kehilangan”
Dan “jika persahabatanmu hancur karena seseorang, cobalah kau persatukan kembali persahabatannya meski itu sangat sulit sekalipun.”
Cerpen Karangan: Juwita Palvin
lagi belajar untuk membuat cerpen lagi :))
bagus dho copy paste dimana t ?
BalasHapuskan di atas ada sumbernya bak :)
BalasHapuswkwkwkwkwkwk,,,,, mantap
BalasHapuscopas
BalasHapusblognya di baguskan lagi ya
BalasHapusfollow back pluss koment
BalasHapusLove you dho
BalasHapus